Baca Qur'an dengan Talaqqi Syafahi



Membaca teks Al-Qur’an berbeda dengan teks Arab lainnya. Membaca Al-Qur’an harus mengikuti kaidah dalam ilmu tajwid seperti memperhatikan tempat keluarnya huruf (makhârij al-hurûf), karakteristik setiap huruf (shifât al-hurûf), bacaan ketika satu huruf bergesekan dengan huruf lain seperti bacaan ikhfa', izhhar, iqlab, idgham, idgham bighunnah dan bila ghunnah, panjang-pendek, tebal- tipis dalam mengucapkan huruf dan sebagainya.

Belum lagi bacaan yang dianggap tidak biasa (gharîb) seperti bacaan imalah, isymam, mad farqi, tashil, dsb. Cara-cara pembacaan itu harus diambil dari guru yang mahir, mumpuni, utamanya dari guru-guru yang punya sanad yang bersambung kepada Nabi.
Inilah yang disebut "talaqqi syafahi" atau transfer bacaan dari mulut seorang guru ke mulut murid. Hal ini tidak bisa di peroleh dari buku ilmu tajwid atau dari kaset saja, tapi harus berhadapan langsung dengan guru. Mengaji dari awal Al-Qur’an sampai akhir. Dengan mengaji di hadapan guru, maka jika terjadi kesalahan atau kurang sempurna dalam cara membaca bisa langsung diperbaiki oleh guru. Semakin banyak gurunya semakin bagus.


Cara pembacaan Al-Qur’an seperti ini harus terus dibudayakan di masyarakat. Utamanya di kelompok-kelompok tahfizh Al-Qur’an, termasuk mengaji kepada guru-guru yang mempunyai sertifikat sanad yang bersambung kepada Rasulullah.

Dengan cara inilah Al-Qur’an bisa terus terpelihara dari generasi ke generasi sampai akhir zaman nanti. Itulah salah satu bentuk perkhidmatan kaum muslimin terhadap kitab suci Al-Qur’an. Semoga kita semua menjadi khadimul Qur'an
[Sumber OASE AL_QUR'AN ke-119]