Hakikat Ilmu Pengetahuan Perspektif Imam al-Ghazali



Ilmu merupakan teman dalam kesendirian, sahabat dalam kesepian, petunjuk menuju agama, pembentuk kesabaran dalam menghadapi kesenangan dan kesengsaraan, pembantu bagi orang-orang yang ber-sahabat, teman bagi orang-orang yang berteman, dan penerang menuju jalan ke surga.

Dari ilmu, Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum. Allah menempatkan mereka dalam kebaikan sebagai pemimpin para pemberi petunjuk menuju kebaikan. Jejak-jejak mereka diikuti. Perbuatan-perbuatan mereka diperhatikan. Para malaikat pun ingin bersahabat dengan mereka dan mengusap mereka dengan sayap-sayap para malaikat. Segala sesuatu yang lembab dan kering pun memohonkan ampunan bagi mereka. Bahkan, ikan-ikan, hewan-hewan berbisa dan jinak yang ada di lautan, serta langit dan bintang-bintang juga memohonkan am-punan bagi mereka.”

Ilmu merupakan kehidupan bagi hati yang mengalami kebutaan, cahaya bagi penglihatan dari kegelapan, dan kekuatan bagi tubuh dari kelemahan. Dari ilmu, seorang hamba akan mencapai kedudukan orang-orang yang taat dan mencapai derajat yang tinggi. Pahala memikirkan ilmu setara dengan pahala berpuasa, sedangkan pahala mempelajari ilmu sepadan dengan pahala qiyamulail.

Dari ilmu, Allah ditaati, Allah disembah, Allah diesakan.  Dari ilmu pula, sifat wara’ dibentuk dan silaturahmi dijalin. Ilmu merupakan imam, sementara amal merupakan pengikutnya. Ilmu diilhamkan kepada orang-orang yang berbahagia, dan diharamkan bagi orang-orang yang sengsara.

Adapun dari segi akal, keutamaan ilmu tidaklah samar. Dari ilmu, seorang hamba bisa mencapai Allah Swt., mendekatkan diri kepada-Nya, dan bersimpuh di sisi-Nya. Dia merupakan kebahagiaan abadi dan kenikmatan kekal yang tidak akan pernah berakhir.

Dunia adalah tanaman bagi akhirat. Orang yang mengamalkan ilmu, dia menanam kebahagiaan abadi bagi dirinya, yaitu dengan memperbaiki jiwa dan akhlaknya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh ilmunya. Dan dia juga menanam kebahagiaan abadi bagi orang lain dengan mengajarkan ilmunya. Dia memperbaiki akhlak manusia dan menyeru kepada mereka dengan ilmunya kepada segala sesuatu yang mendekatkan mereka kepada Allah Swt.

Hal itu sebagaimana firman Allah Swt., “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.” (an-Nahl [16]: 125)

Orang tersebut menyeru kepada orang-orang terkemuka (berilmu) melalui hikmah, menyeru kepada orang-orang awam melalui pelajaran, dan menyeru kepada orang-orang yang keras kepala melalui bantahan. Dengan begitu, dia menyelamatkan dirinya sendiri dan orang lain. Inilah kesempurnaan manusia.