Hidup Sehat itu Bagian dari Ibadah


hidup sehat

Sehat itu Ibadah

Kesehatan adalah ajaran pokok semua agama, tak terkecuali Islam. Sederhana saja, dengan tubuh yang sehat, seorang hamba bisa giat bekerja dan beribadah kepada Tuhannya. Sebaliknya, bila seorang itu sakit, ia akan kesusahan untuk melakukan aktivitas, malahan ia hanya akan merepotkan sekitarnya. Rasulullah senantiasa menegaskan kepada umat bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi lainnya (HR. Thabrani dan Daruquthni). 

Tak berlebihan bila dikatakan bahwa inti dari segala ajaran agama ialah kesehatan. Dengan demikian sehat ada dua bagian, yakni sehat jasmani dan rohani. Kita tahu, para ulama fikih baik klasik atau modern, selalu menempatkan tema kesehatan dan kebersihan (bab al-Thaharah) sebagai pembuka kitab-kitabnya yang masyhur. Karena menjaga kesehatan dan kebersihan merupakan pondasi dasar keberagamaan.

Sehat jasmani meliputi kesehatan badan, kebersihan pakaian dan tempat tinggal. Kesehatan badan ditopang dengan menjaga kebersihan tubuh (wudhu dan mandi), makanan yang halal dan baik (thayyib), menjaga pola makan (berhenti makan sebelum kenyang dan puasa), dan olah raga secara teratur (berkuda, berenang, dan memanah). Nabi SAW dalam kehidupan sehari-harinya adalah pribadi yang sangat peduli kesehatan badannya, kebersihan dan kesucian pakaian dan tempat tinggal dari segala macam najis dan kotoran. 

Tak heran, Nabi mengajarkan doa ketika masuk toilet yang berbunyi: a’udzu billahi min al-khubutsi wa al-khabaits (aku berlindung pada Allah dari segala yang buruk dan najis lagi kotor penuh kuman dan penyakit). Allah juga senantiasa menegaskan tentang pentingnya memelihara lingkungan yang sehat agar makhluk hidup dapat tumbuh secara sehat pula (QS. al-A’raf [7]: 58).

Dengan kata lain, kesehatan dan kebersihan merupakan bagian mutlak dari keselamatan jiwa manusia. Karena itu, dalam keadaan tertentu, pemenuhan kesehatan lebih utama daripada ibadah ritual itu sendiri. Orang yang tidak sehat diberi keringanan dalam beribadah. Dia bisa shalat dengan duduk dan berbaring; tidak berpuasa dan menggantikannya di hari lain; diwakilkan berhaji dan lainnya. 

Intinya, pemenuhan ibadah ritual yang sempurna hanya bisa diterapkan pada kondisi badan yang sehat dan prima. Itulah hikmahnya mengapa Rasulullah menegaskan bahwa kebersihan itu merupakan sebagaian dari iman. Artinya, iman tidak sempurna tanpa ibadah, sedangkan ibadah tak dapat terlaksana secara sah dan sempurna tanpa kebersihan dan kesehatan.

Sedangkan kesehatan rohani dapat dicapai dengan pengekangan sifat-sifat tercela dan memenuhi jiwa (ruh) dengan penerapan akhlak terpuji. Sifat tercela dan hina seringkali menjadi momok yang kerap kita lakukan sehari-hari; antara lain dusta, dengki, malas, kikir, berlebihan, kufur nikmat, sombong, dan riya. Tak bisa dipungkiri, kesenangan duniawi dihiasi dengan pelbagai sifat-sifat tercela dan perbuatan dosa, seperti mabuk, zina, korupsi, dan sederet lainnya. 

Ketika jiwa seseorang dipenuhi kemaksiatan dan perbuatan dosa semacam itu, maka jiwanya tengah sakit kronis. Hidupnya diliputi cemas, gelisah, bingung tanpa tahu arah. Ketika hatinya mati, ia berubah menjadi setan berbentuk manusia. Di tengah kondisi semacam inilah Rasul diutus ke pentas bumi, yakni demi memperbaiki akhlak manusia (QS. Al-Baqarah [2]: 151).

Secara dasar, kesehatan jiwa manusia dicapai dengan latihan dan kerja keras melawan hawa nafsu. Rasul SAW bersabda bahwa jihad terbesar adalah melawan nafsu diri sendiri (HR. Bukhari). Bentuknya antara lain dengan berlaku jujur, santun, adil, amanah, kerja keras, syukur, dan rendah hati dan gemar bersedekah dan membantu yang lemah. 

Penerapan akhlakul karimah tersebut dalam kehidupan sehari-hari digambarkan dengan pemenuhan asupan gizi serta olah ruhani yang sehat bagi jiwa dan tubuh. Wallahu A’lam

Oleh: Muhammad Bagus Irawan, alumnus UIN Walisongo Semarang