Agama Adalah Cinta Kasih


Tragedi teror dan bom di beberapa negara adalah wujud tindakan kriminal. Alih-alih para pelakunya mengatasnamakan agama itu adalah salah besar. Pelaku teror dan kriminal sejatinya tidak beragama. 

Ajaran agama, apa pun dan di manapun, tidak ada yang mengajarkan umat untuk saling membunuh dan menumpahkan darah tanpa alasan yang dapat dibenarkan. 

Sebaliknya, seluruh agama sejatinya menghimbau umat untuk mewujudkan keamanan, kesantunan, dan kasih sayang sesama pemeluk agama, manusia secara umum, dan alam lingkungan.

Tak heran, seluruh agama Samawiyah menitikberatkan ajaran cinta kasih sebagai bekal menjalani kehidupan duniawi. Harapannya adalah agar umat beragama menerapkan sifat kasih sayang sebagaimana sifat Tuhan pada makhluk-Nya. 

Di tengah krisis lingkungan yang melanda pentas bumi, tak ada alasan untuk memperburuknya dengan ajakan perang yang selama ini digaungkan sekelompok radikalis dan teroris. Para teroris itu sejatinya tak punya agama. Mereka musuh kemanusiaan yang harus disadarkan ke jalan yang benar. 

Di tengah gejolak bencana alam akibat pemanasan global, agama hendaknya mengajak umat bersama-sama berusaha mengembalikan keseimbangan ekosistem alam, dengan imbauan penghijauan misalnya.

Lebih-lebih agama Islam. Para ulama sepakat bahwa Islam bermakna penyerahan dan mewujudkan kedamaian dan ketenteraman. Dengan demikian agama adalah cinta kasih. Karena cinta harus tulus, sedangkan ketulusan adalah syarat keberagamaan. 

Rasulullah senantiasa menegaskan dalam sabdanya bahwa beragama haruslah dilandasi dengan cinta kasih. Wujud cinta kasih di sini bahkan menjadi pondasi utama, yakni keimanan. 

Sabda Rasul SAW, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, sampai ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana apa yang ia sukai” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di antara asma Allah yang ada 99, sebagiannya merupakan perwujudan sifat kasih sayang-Nya. Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Lathif (Maha Halus), Al-Halim (Maha Penyantun), Al-Ghaffur (Maha Pengampun), Asy-Syakur (Maha Berterima kasih), Al-Karim (Maha Pemurah), Al-Wadud (Maha Mengasihi), Al-Majid (Maha Mulia), Al-Barr (Maha Berbuat Baik), Al-‘Afuww (Maha Pemaaf), Ar-Rauf (Maha Belas Kasihan), Ash-Shabur (Maha Penyabar). 

Hal demikian menegaskan bahwa kasih sayang Allah menaungi seluruh makhluk di pentas dunia. Allah menciptakan mereka, kemudian memberikan bagian rezekinya masing-masing, dan pekerjaan yang sesuai dengan kadar kemampuan dan kebutuhan mereka.

Rasulullah bersabda bahwa orang-orang yang pengasih akan dirahmati oleh Sang Maha Pengasih. Kasihilah siapapun yang ada di bumi maka kamu akan mendapatkan kasih sayang dari mereka yang ada di langit. (HR. Bukhari)

 

Oleh: Habib Muhammad Quraish Shihab